BaraPost.co.id - Bitcoin (BTC), mengalami penurunan tajam belakangan ini, turun hingga 7% dalam 24 jam terakhir dari level tertinggi sebelumnya di US$ 73.682 atau sekitar Rp 1,151 miliar dan pada Jumat 15 Maret 2024 pukul 15.30 WIB, harga BTC bahkan turun menjadi US$ 67.919.
Fyqieh Fachrur Trader Tokocrypto penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya arus masuk dana investasi ETF Bitcoin dan data ekonomi AS yang menunjukkan inflasi melebihi perkiraan sebelumnya.
Fyqieh menyebut bahwa arus keluar bersih dari Grayscale Bitcoin Trust (GBTC) meningkat menjadi US$276.5 juta dari sebelumnya US$79.0 juta pada Kamis (14/3).
Sementara itu, arus masuk bersih iShares Bitcoin Trust (IBIT) turun dari US$849,0 juta menjadi US$586,5 juta pada hari yang sama.
Meskipun PPI inti melambat menjadi 0,3% dari 0,5%, dan CPI menunjukkan inflasi tahunan sebesar 3,2%, dengan inflasi inti naik menjadi 3,8%, hal ini telah mempengaruhi pasar obligasi, dengan imbal hasil Treasury 10-tahun naik menjadi 4,30%.
Peningkatan indeks Dolar AS (DXY) juga memengaruhi aset berisiko, seperti Bitcoin, yang turut terdampak.
Fyqieh menyatakan bahwa kondisi ini dapat mengurangi minat investor terhadap aset berisiko, termasuk Bitcoin, meskipun pasar sebelumnya telah mengantisipasi kebijakan moneter yang lebih longgar dari The Fed.