Ali Akbar menyatakan bahwa kondisi penutupan lahan di Bentang Alam Seblat saat ini mencerminkan kurangnya keseriusan dalam menjaga kawasan hutan.
Hal ini terbukti dengan tingginya aktivitas perambahan dan penguasaan hutan di Bentang Alam Seblat.
Baca Juga: BP Warga Desa Maligas Bayu Ditangkap Polres Simalungun Saat Tulis Toto Gelap
Di Bentang Alam Seblat, katanya, lahan non-hutan didominasi oleh perkebunan kelapa sawit seluas 15 ribu hektar (48,1%), diikuti semak belukar seluas 7,9 ribu hektar (25,6%), perkebunan perusahaan seluas 5,4 ribu hektar (17,5%), dan lahan terbuka dua ribu hektar (6,6%).
Dia menjelaskan bahwa berdasarkan data analisis periode 2020-2023, tutupan hutan di Bentang Alam Seblat telah berkurang sebanyak 8,8 ribu hektar.
Baca Juga: Polres Metro Jakarta Barat Tangkap Aktor Era 1990-an Ibra Azhari dan Teman Wanitanya Terkait Sabu
Hilangnya tutupan lahan terbesar terjadi pada lahan sekunder, mencapai 8,8 ribu hektar, di mana 5,6 ribu hektar atau 64,5% diubah menjadi lahan pertanian kelapa sawit.
Situasi ini akhirnya membuat "rumah" gajah Sumatera Elephas Maximus Sumatranus di Bengkulu semakin berkurang.
Karena habitat gajah semakin terdesak, hal ini tentu juga menjadi ancaman nyata terhadap kepunahan spesies gajah Sumatera Elephas Maximus Sumatranus.